sajak perahu yang mengaji


sajak ini masuk dalam buku Sauk Seloko (Jambi International Poet Ghatering 2012) 


 hikayat perahu ba’

jangan kau lempar sauh saat subuh, katamu mengasah diamku. sementara yang diam tak usai menghitung jarak. “laut itu laut sampan ayahmu.  perahunya adalah perahu ba’. dan alif yang merobek dadamu adalah tiangnya.”

tapi tak ada ikan yang mesti ditangkap. atau laut yang mesti kita singkap? sudahlah bang, akan kupinjam tongkat musa esok pagi dan kita belah lautan dengan tangan sendiri. “sepertinya mati lebih abadi, bang” kataku setelah berebut pesan dengan angin, “apa yang hendak dikata selain makna, selain cerita masa lalumu?”

dan semestinya kita sudah buat keranda sebelum siang berpulang mendung. apa mungkin hidup benar-benar nyata? ah, biar kusulut sebatang hio atas kematian yang dihidupkan.

Yogyakarta, 2011 


Shohifur Ridho'i

Lahir pada tahun 1990 di Sumenep. Menulis naskah drama, puisi, dan esai seni pertunjukan. Tahun 2016 mendirikan rokateater, kolektif seni yang berbasis di Yogyakarta. Profil yang lebih lengkap, silakan kunjungi laman ini.

Blog ini berisi catatan berupa jurnal dan karya seperti drama, puisi, esai, dan lain-lain. Terimakasih telah berkunjung ke blog ini.