dinding yang malas bersolek


Puisi-puisi ini dimuat di harian Suara Merdeka 03 Juni 2012.

kisah kunang di tepi kali

kali, 1
orang-orang memandang kunang. sedang air mengalir dari rambutnya. mereka memancing ikan kejora
di langit, gemintang bagai orkestra kunang. air mengalir dari rambutnya
dan jatuh ke tanah
sambil memancing mereka memandangku berubah jadi karang

kali, 2
orang-orang memandang kunang. malam telah larut dan pagi menunggu di jendela kamar kanak-kanak
sedang gordennya melambai
di jendela kamar kanak-kanak pagi menunggu. aku masuk ke dalam mimpinya

kali, 3
orang-orang memandang kunang. mereka menulis sajak tentang kunang, ikan-ikan berenang dalam sajaknya
mereka menulis pada batang pohon mangga
aku menjelma kata dalam sajaknya lalu berenang bagai ikan-ikan 

kali, 4
orang-orang memandang kunang. sepasang muda-mudi matanya terang penuh kunang. sambil menikmati malam mereka duduk di tepi kali     
mereka menikmati malam. sedang aku adalah matanya yang kunang.

kali, 5
orang-orang memandang kunang. anak jalanan mabuk keras. kepalanya berkunang. mereka berjalan menuju ke tepi kali. aku terbang di atas kepalanya, berputar-putar menuju kali.

Yogyakarta, 2011-2012


tiga sajak sepulang dari pertemuan

satu: perahu dan ikan-ikan
sepulang dari pertemuan itu sayang, angin-angin melayarkan perahuku-perahumu, mengembangkan laut dari arah tenggara, arah mataku-matamu. dimana ada persaksian disitulah jasadku-jasadmu
karam jadi ikan-ikan.

dua: hutan kata
sepulang dari pertemuan itu sayang, kukirim buku dengan kalimat hutan-hutan, tersebab rerimbun kata-katamu lebih meniupkan luka yang teramat dalam. bacalah hutan itu sayang, dan masuklah engkau ke dalam kalimat-kalimatku, sesungguhnya aku
lemah di bawah kuasa katamu.

tiga: sebungkus kado
sepulang dari pertemuan itu sayang, sengaja kubungkus kado ini untukmu—kupu-kupu kuutus untuk menyampaikan pesan dalam surat lamaku. bila telah sempurna matamu melihat, bukalah bungkusan itu, niscaya akan kau temukan segumpal jantung berdetak sangat kencang, sebab tak ada yang lebih berdetak
selain nama kita masih berjejak.
           
Yogyakarta, 2011

Shohifur Ridho'i

Lahir pada tahun 1990 di Sumenep. Menulis naskah drama, puisi, dan esai seni pertunjukan. Tahun 2016 mendirikan rokateater, kolektif seni yang berbasis di Yogyakarta. Profil yang lebih lengkap, silakan kunjungi laman ini.

Blog ini berisi catatan berupa jurnal dan karya seperti drama, puisi, esai, dan lain-lain. Terimakasih telah berkunjung ke blog ini.