pantai, kampung, dan batas lubuk

tiga puisi ini masuk dalam  buku Tuah Tara No Ate (Temu Sastrawan Indonesia IV Ternate, 2011)


penggir sereng; dua pantai di tanduk majang

1: pantai satu; ikan-ikan bersirip daun mawar

memandang laut dari dermaga pasongsongan adalah memandang burung-burung bersayap pelepah angin sakal.  di sini kapal ayahku ditambatkan, ikan-ikan ditenteng menuju pantai, tempat riuh ibu-ibu menawar keringat pelaut dengan harga terik mentari. ibu menjajakan hasil tangkapan ayah.—ikan-ikan bersirip daun mawar berenang dalam matamu, mata ayah, mata ibu, mata para pelaut, berputar-putar lalu sebuah karang dipahat menjadi wajah laut yang lain. kemudian buihnya kau namai dengan waktu dengan rindu seperti dulu kau namai perahu ayahmu.

di laut itu. di laut pasongsongan itu tiba-tiba ada yang hadir, tiba-tiba ada yang lahir.—apa yang lebih mengalir ketimbang doa-doa ibumu?

bila yang jauh adalah laut, maka kudekatkan jarak dengan pantai berpasir putih awan, pantai pasongsongan.
memandang laut dari dermaga pasongsongan adalah mengibarkan bendera sajak-sajak di pucuk tiang perahu ayahku.—tiba-tiba kau menemukan tanah yang selama ini kau cari. bunga-bunga kau tebar di sepanjang pantai yang tak berbatas pagar bambu.

aku mulai belajar menulis namaku sendiri di atas pasir.—bila kelak namamu dihempas ombak, perahu ayahmu yang akan menjemput huruf-hurufnya.

2: pantai dua; makam-makam yang dilahirkan
sayang, kemudian, aku pandangi dirimu dengan mata sajak yang dikawin ombak yang dikutuk pantai.—makam-makam itu dilahirkan dari perut pasir, dari rahimmu, berpuluh-puluh jumlahnya.

sejarah yang tak tercatat dalam buku-buku sekolah. tapi ada di pantai bhuju’ panaongan.—begitulah kenangan, batu-batu disucikan-disakralkan-didzikirkan-di...

sayang, seketika pantaiku disulap jadi ziarah tanpa rimbun kemboja.—engkau makin asing dengan kematian, entah kematian apa yang bisa kau sebut kenangan. sebab kematianmu akan berakhir dalam tubuhmu sendiri.

sejak itu pohon jati tak lagi rimbun dedaunnya, entah kemana hijaunya. tapi batangnya makin kokoh berdiri meski buih dan ombak memainkan lagu-lagu duka lagu-lagu murka.—engkau tiada pernah paham apa yang tuhan mau. boleh jadi dikirimnya ombak supaya kau paham betul seburuk apa kata yang kau tulis atau semulia apa sajak yang bakal kau bisikkan.

Yogyakarta, 2011


tabun

diperbatasan tanahmu kau memanggil-manggil hujan. sudah kusiapkan payung dari segala kemungkinan kedatanganmu. semisal amsal kelahiran dan kematian yang tidak pernah kita duga.   
ada risau di seberang pulau. pulau dengan sekerat bilur waktu yang membiru. sudah kulunaskan suara daud lewat nyanyianmu yang tidak kumengerti. ah, seperti sebuah janji seperti cinta disulut api. 
di batas ladang kembang, kunang-kunang menafsir hujanmu. menakwil segala rupa gigil yang ganjil: matamu-aku yang deru.

tak ada lagi kata selain diam itu, selain sunyi yang melulu ibu. dari titik tabun itu aku belajar mengerti. dari arah laut yang membara suaramu lantang mengerang. sementara yang dipahami angin adalah hilangnya dirimu.
hilangnya dirimu.

yogyakarta, 2011



pasongsongan
 
darahku adalah rajah perahu sungai angsono yang bersatu pada tugu di alismu: tugu bulan paling sabit.  jangkar kuangkat, layar dikebar-kibar, angin lindap dalam seluruh penantian-pengabdian. kacongku, ini perahu ayah, dimana lautmu?
kembara! apalagi laut yang membara. apalagi engkau yang tak terkatakan dan tak mampu dikatakan. sungai hijau merobek belantara. aku mencari jalan ke utara tempat dimana kepala dilelapkan-dipulaskan dengan kain kafan putih awan langit pasongsongan.
 
ayah, benarkah malam telah tertidur, atau kita yang tidak benar-benar terjaga? 
sudah kualamatkan surat paling panjang, sepanjang hayat manusia. supaya esok kita telah bersiap diri memilin waktu dari segala muassal penantian-pengabdian.

Yogyakarta, 07 juli 2011

Shohifur Ridho'i

Lahir pada tahun 1990 di Sumenep. Menulis naskah drama, puisi, dan esai seni pertunjukan. Tahun 2016 mendirikan rokateater, kolektif seni yang berbasis di Yogyakarta. Profil yang lebih lengkap, silakan kunjungi laman ini.

Blog ini berisi catatan berupa jurnal dan karya seperti drama, puisi, esai, dan lain-lain. Terimakasih telah berkunjung ke blog ini.