oleh Shohifur Ridho Ilahi
Bla sendiri di atas panggung. Duduk. Tersenyum. Lalu sedih. Lalu tertawa. Dan termenung. Bla beranjak ke tengah. Memandang segelas susu dan tiga lembar roti, agak lama. Kemudian memandang kopiah putih di atas piring dan tasbih di dalam gelas bening. Bla memandang benda-benda itu secara bergantian, sangat sabar, dia melakukan itu sampai tujuh kali. Kemudian Bla beranjak ke gambar jendela dan memandangnya agak lama. Kemudian dia mendekati korden tanpa jendela di sudut yang lain, memegangnya, menciuminya dan menaruhnya di pipi, merasakan kelembutannya. Setelah itu Bla duduk di tempat semula. Bla Tersenyum. Lalu sedih. Lalu tertawa. Dan termenung. Pada detik kelima termenungnya, Seketika Bla berdiri, girang, seperti menemukan ide cemerlang. Bla beranjak lagi ke gambar jendela. Memandanginya. Lalu menyentuhya dengan tenang, penuh perasaan.
Bla :Pagi yang cerah. (diam) Tuhan tidak melarang pagi yang cerah.
(diam, agak lama)
Rasanya saya jatuh cinta lagi, padahal baru kemarin saya jatuh cinta, dua hari yang lalu juga iya, sebelum-sebelumnya iya, besok mungkin saya akan jatuh cinta lagi. Kalau setiap hari saya jatuh cinta tentu rumah saya tidak akan sanggup menampungnya. Garasi, lemari, meja makan, dapur, kamar tidur, tolilet, ruang tamu, kolam renang, gudang: tempat-tempat itu akan sesak. Tidak.
(diam, agak lama)
waktu bergerak cepat sekali. (diam) Tuhan tidak melarang waktu yang bergerak cepat.
(diam, agak lama)
tidak biasanya saya demikian gelisah seperti ini. Tapi, rasanya gelisah saya memang seperti ini sejak dahulu. Ah, lupakan saja. Semakin diingat justru semakin gelisah. bukankah jadwal saya hari ini untuk menikmati pagi yang cerah? (Bla melihat gambar jendela lagi)
Alangkah baiknya kalau saya mengisi pagi ini dengan sedikit olahraga agar badan saya lebih enak.
Bla melakukan streching, dari kepala sampai kaki, cepat sekali. Loncat-loncat, jalan jongkok, push up, dan semacamnya. Sementara Bla melakukan streching dan sebagainya, Bli masuk, kepalanya tertunduk dan menabrak Bla.
Bla : Pakai matamu kalau berjalan, Bli.
Bli : Selama ini saya hanya memakai kaki kalau berjalan, Bla. Maaafkan saya.
Bla : Kamu menabrakku, Bli. Kamu tahu hukuman apa yang pantas bagi orang yang tidak hati- hati?
Bli : Kamu menghalangi jalanku, Bla. Kamu bisa dijatuhi hukuman dengan tuduhan melakukan perbuatan tidak menyenangkan.
Bla : Saya tidak melihatmu berjalan.
Bli : Saya tidak melihatmu di sini.
Bla tidak menghiraukan dan tidak punya minat untuk melanjutkan pembicaraan. Ia melanjutkan kegiatannya. Namun, Bli mengikuti apa yang dilakukan oleh Bla.
Bli : Apa yang kamu lakukan dengan tubuhmu, Bla?
Bla : Kamu mengikuti saya.
Bli : Saya pikir semua ini hanya permainan. (diam) Saya suka bermain. Tak berniatkah kamu mengajakku dalam sebuah permainan yang menyenangkan, Bla?
Bla : Saya hanya ingin mengisi pagi dengan beberapa pose tubuh yang menyenangkan. Kamu boleh menyebut ini permainan.
Bli : Tak berniatkah kamu mengajakku dalam sebuah permainan yang menyenangkan, Bla?
Bla : Baiklah. Kamu hanya perlu. Hm... berpose. (Bli berpose) Nah begitu, jangan bergerak sampai saya perintahkan.
Bli : Baiklah!
Bla : Satu lagi, jangan bicara.
Bli : Baiklah!
Bla : Jangan Bicara!
Bli : Siap!
Bla : Diam!
Bli berpose. Bla juga berpose di depan Bli. Lama mereka berpose, Bli merasa permainan itu tidak menarik.
Bli : Apa menariknya permainan seperti ini, Bla?
Bla : Diam. Kalau kamu terus bicara, kamu tidak akan mengerti.
Bli beranjak ke gambar jendela. Memandang jendela. Seolah-olah melihat keluar.
Bli : Kamu gila! Ini bukan pagi! Kamu tidak melihat bulan begitu bundar?
Bla : Saya rasa kamu perlu memeriksa matamu ke dokter agar kamu tahu mana bulan dan mana matahari.
Bli : Kemari kalau tak percaya.
Bla : Kenapa kamu berhenti berpose?
Bla mendekati gambar jendela. Memandanginya, seperti memandang keluar. Sementara Bla dan Bli melakukan itu, Blu masuk, mengambil selembar roti dan memakannya, kemudian segelas susu dan meminumnya. Blu tertawa, girang, girang sekali, ia mondar- mandir sambil tertawa. Blu berjoget sambil hilir mudik. Bla dan Bli tak hirau dengan suara Blu, mereasa tidak ada orang lain di sana kecuali mereka berdua. Blu mendekati korden. Mengelusnya. Tertawa lagi, namun agak lebih tenang. Blu bicara dengan korden.
Blu : Korden yang malang. Kasihan ia. Sendiri kedinginan. (kepada Bla dan Bli) Hei, siapa yang membiarkan korden ini sendirian?
Bla dan Bli masih tidak mendengar. Mereka sedang asyik dengan gambar jendela itu. Blu menyusul mereka.
Blu : Apakah saya perlu memanggil kalian anjing supaya kalian bisa mendengarkan saya? atau jangan-jangan kalian adalah halusinasi saya? Oh!
Bla dan Bli diam. Blu penasaran dengan apa yang dilihat mereka. Blu memandang gambar jendela juga. Tetapi ia merasa aneh. Dipegangnya gambar jendela itu. Ketika Blu memegang gambar jendela tersebut, barulah Bla dan Bli sadar dengan keberadaan Blu di dekatnya.
Blu : Hanya gambar jendela biasa.
Bla : Oh, kamu, Blu. Saya senang sekali bisa bertemu denganmu lagi. Ceritakan pada kami, kebiasaan apa yang kamu lakukan pada pagi yang cerah seperti ini.
Bli : Hei, Bla. Ini malam. Tanggal lima belas. Pada tanggal itu bulan datanag seperti matahari. Bersinar sangat terang.
Blu : Bahkan sore yang demikian indah kalian katakan pagi dan malam.
Bli : Ini tidak mungkin. Jangan-jangan kita sudah tidak mengenal diri sendiri. Saya sedih.
Bla : Oh tidak. Saya tidak mau hilang di antara keberadaan ini.
Blu : Bagaimana kalau kita menangis bersama-sama.
Mereka bersedih. Sesedih sedihnya. Tiba-tiba sedih mereka selesai. Bla melihat gambar jendela.
Bla : Apa yang kamu inginkan dari kami, Blu?
Blu : Apa yang kalian lihat?
Bli : Sebuah dunia di luar jendela.
Blu : Sebuah jendela tidak perlu definisi untuk tahu tentang segala hal. Jendela hanya perlu sebuah sore seperti sekarang. Lagipula ini hanya gambar jendela.
Bla : Saya takut semua ini palsu.
Bla beranjak keluar. Sebelum ia benar-benar keluar, Bli memanggilnya.
Bli : Bla! Kamu tidak perlu pergi untuk mencari pagi. Ia akan datang sendiri kalau kamu mau belajar sabar.
Bla : Saya ingin duduk tanpa diganggu suara kalian. Saya kira itu adalah pekerjaan terbaik di dunia.
Bla pergi. Blu mengambil satu potong roti, memotongnya dan potongan yang lain dikasih kepada Bli.
Blu : Apa arti kehangatan bagimu, Bli?
Bli : Sepotong roti yang dibagi dua.
Blu : Apa kamu tak inginkan itu?
Bli : Saya ingin susu. Akhir-akhir ini saya sering kehausan. Maukah kamu mengambilkannya untuk saya?
Blu : Demi sebuah kehangatan, Bli.
Blu mengambil susu dan memberikannya kepada Bli.
Bli : Saya teringat istri saya dan anak-anak saya. tetapi saya tidak menemukan kehangatan dalam diri mereka, mereka juga tidak menemukan kehangatan dalam diri saya. Saya kehilangan segalanya, Blu.
Blu : Saya kira mobil bisa memberi kehangatan, istri-istri baru, rumah mewah, namun semua itu membuat saya semakin dingin, Bli.
Bli : Saya punya usul.
Blu : Apa itu?
Bli :Bagaimana kalau kita menangis bersama-sama. Bukankah semua hal lebih baik dilakukan dengan berjamaah?
Blu : Kamu benar.
Mereka bersedih. Kemudian, Blu memendang satu titik yang jauh. Bli memandangi tingkah Blu. Sebentar kemudian Bli bicara.
Bli : Apa yang kamu lakukan, Blu?
Blu : Ah. Sial! Apa kamu tidak tahu saya sedang berpikir?
Bli : Saya tidak tahu. Maaf. Apa yang kamu pikirkan?
Blu : Saya sedang memikirkan ide cerdas. Gagasan-gagasan cemerlang. Kamu tahu tentang apa? (diam) Ibadah via online. (tertawa) Ini ide paling seksi di dunia kalau kamu mau tahu, Bli. Kamu belum pernah mendengar itu, bukan?
Bli : Ya. Saya kira kamu memang cerdas. Saya berharap saya bangga menjadi temanmu. Saya juga berharap kamu laki-laki terbaik. Hm… Apakah kamu bisa jelaskan ide yang katamu cerdas itu?
Blu : Oke. Saya mulai dari pertanyaan. (diam) Apa kamu merasa sedang jauh dari Tuhan?
Bli : Saya belum pernah mempertanyakan itu pada diri saya.
Blu : Kamu percaya Dia ada?
Bli : Saya tidak mudah percaya pada yang lain, kecuali pada diri sendiri. Namun, saya merasa diri saya sangat hampa.
Blu : Itu artinya kamu sedang jauh dengan Tuhan.
Bli : Katakan bagaimana supaya saya dekat dengan Tuhan. Dan apakah itu perlu?
Blu : Kamu hanya perlu meluangkan waktumu satu menit saja.
Bli : Untuk apa itu?
Blu : Menulis status. Berdoa via sosial media. Tuhan itu canggih, Bli. Dia lebih maju dari manusia. Maka cara kita menyapa Tuhan pun harus dengan cara yang maju.
Bli : Apa kamu pikir Tuhan sama dengan kita? Berarti Tuhan memiliki akun fesbuk, twitter?
Blu : Tentu saja.
Bli : Dengan begitu saya tidak akan merasa hampa lagi?
Blu : (mengangguk)
Bli : Kamu cerdas sekali, Blu. Kamu adalah manusia terbaik di dunia.
Bli gembira. Tersenyum dan tertawa.
Bli : Saya yakin penemuanmu akan berkontribusi bagi kemanusiaan. (tersenyum)
Bla masuk.
Bli : Oh. Bla. Sudahkah kamu melakukan hal terbaik setelah menyingkir dari kita?
Bla : Di tempat lain tidak kalah ramai. Suara-suara yang menjengkelkan. Suara-suara televisi, dering handphone, jerit klakson sampai suara knalpot yang tidak ramah lingkungan.
Bli : Bla. Kamu tahu, Blu menemukan sesuatu yang bisa membuatmu senang. (tertawa)
Bla : Tetapi sekarang saya tidak berhasrat mendengarkan apa-apa, kecuali suara hati saya sendiri. (diam) Saya punya pertanyaan untuk kalian. (diam) Kenapa kita ada di sini?
Blu : Apa kamu juga menemukan alasan mengapa korden ada di sini?
Bla : Benda-benda di sini sepertinya sangat berhasrat untuk menunjukkan diri. Lihat, bagaimana mungkin ada tasbih di dalam gelas dan kopiah di atas piring. Kamu pikir kita akan makan dan minum benda itu?
Bli : Seperti halnya judul lakon ini yang seperti mata kuliah barangkali.
Blu : Pengantar Ilmu Ekonomi?
Bli : Menurutmu apa hubungannya judul itu dengan pertukaran nilai rupiah dengan dolar yang semakin rendah?
Bla : Ada!
Bli : Lalu hubungan bulan purnama malam ini, jendela, korden, susu, roti, kopiah, tasbih dengan gerakan kapitalisme bernama pasar bebas?
Bla : Seharusnya kita harus mengucapkan kata-kata.
Bli : Dan hubungan seorang mahasiswa filsafat yang jatuh dari pohon mangga dengan semakin ketatnya persaingan harga di bursa saham?
Bla : Hanya kata-kata.
Bli : Aku menemukan hubungan antara semua itu dengan acara reality show dan pengajian di televisi. Ini senafas dengan gagasan cerdas dari sahabat kita, Blu yang baik.
Bla : Ada banyak tukang obat di dunia, namun mereka harus pandai berkata-kata, merayu.
Bli : Saya mulai paham. Tadi pagi saya membaca buku motivasi berjudul 1001 cara doa diterima oleh Tuhan. Dan sepertinya hidup saya akan pulih. Karena dalam buku itu saya menemukan iklan.
Bla : Selamat tinggal. Itu kata yang mesti kita ucapkan saat pertama kali kita berjumpa. Berjumpa apa saja.
Blu : Apa yang kalian bicarakan?
Bli : Ini juga termasuk dengan gagasanmu, Blu.
Bla : Rasanya lelah. Sandiwara ini melelahkan. Kamu tahu kenapa? Karena kita tidak tahu mau kemana?
Bli : Kapsul agar hidupmu tidak hampa dan tubuhmu berotot dan kamu akan kuat ketika berhubungan dengan pasanganmu. Itu kapsul istimewa.
Bla : Ucapkan, Bli.
Blu : Saya mau pergi. Selamat tinggal.
Bla : Nah. Bagus. Kamu harus berani mengucapkan itu. Jemput harimu yang lebih istimewa. Tanpa kepalsuan. Kamu tidak perlu pergi, cukup selamat tinggal diucapkan.
Blu : Apa saya telah melakukan hal yang baik?
Bla : Tentu saja.
Bli : Kapsul itu merupakan terobosan terbaru, karena menggabungkan antara yang spritual dengan yang material. Kalau kalian makan kapsul itu, berarti kalian telah melakukan dua hal dalam satu tindakan: yaitu kalian akan dekat dengan Tuhan dan pekerjaan kalian akan baik-baik saja.
Blu : Saya mau pergi. Selamat tinggal.
Bla-Bli: Blu…..
Blu pergi. Bli dan Bla diam.
Bla : Akhirnya kamu lelah juga.
Bli : Karena saya belum sempat minum kapsul itu. (diam) Bla.
Bla : Iya Bli.
Bli : Hm… Tak berniatkah kamu mencintai saya?
Bla : Bisa. Tapi kalau kamu bisa menjawab pertanyaan apa hubungan mencintai dengan tasbih di gelas itu?
Bli : Kalau aku menang?
Bla : Aku akan mencintaimu. Tapi aku berhak memutuskanmu.
Bli : Bila aku kalah?
Bla : Aku akan tetap mencintaimu.
Bli : benarkah?
Bla : Tapi aku berhak memutuskanmu. Berani?
Bli : Boleh. Saya terima tantnaganmu.
Bli beranjak ke tasbih di gelas bening itu. Mengambilnya lalu mengalungkannya. Berpikir sejenak.
Bli : (Tertawa) Apakah ini cukup cerdas menurutmu?
Bla : Apa?
Bli : Saya berhasil menemukan hubungan tasbih dengan pertanyaanmu tadi.
Bla : Apa?
Bli : Dengan mengalungkan tasbih itu artinya aku menemukan hubungannya. Bagaimana pendapatmu?
Bla : Hmmm… saya anggap itu berhasil.
Bli : Terimakasih, sayang. Jadi kamu mencintai saya?
Bla : mengangguk.
Bli : Maukah kamu menjadi pacarku demi Tuhan yang mengomentari status-staus fesbukku?
Bla : Saya mau demi harga bursa saham yang berkilat-kilat di matamu.
Bli : Oh. Saya bahagia sekali.
Bla : Kita putus.
Bli : Peraturanmu cerdas sekali.
Selesai.
(2013)
Naskah pendek ini pernah diwujudkan sebagai pertunjukan teater pada tanggal 31 Desember 2013 di bawah nama Teater Eska. Jika ingin melihat pertunjukkannya, silakan klik di sini.